Sosial Media Versus Diari, Beda Zaman, Beda Cara dalam Sosialisasi

Masih ingat tidak dengan zamannya buku diari ? Kalian pasti tertawa sendiri jika mengingat buku diari kalian saat masih kecil apalagi ditahun 90-an. Tapi, kenangan itu pudar begitu saja seiring berkembangnya zaman seperti aplikasi sosmed di smartphone yang menawarkan beberapa kemudahan dalam menyampaikan pendapat dan curhatan. Inilah perbedaan nyata antara sosial media dan diari di masa dulu dan masa sekarang.

1. Menulis curhatan di buku diari versus Menulis diari dalam bentuk status
Zaman dahulu, menulis di buku diari merupakan kegiatan yang biasa dilakukan di saat waktu senggang. Semua perasaan yang kalian pendam tertulis semua dalam setiap halaman di buku diari. Tidak hanya mengungkapkannya dalam bentuk tulisan curhatan saja melainkan dalam bentuk gambar, coretan atau sketsa yang lain. Tapi, tidak semua orang bisa membaca buku diari kalian. Bahkan, ada pula seseorang yang memiliki buku diari lengkap dengan gembok kecilnya sehingga tak seorang pun berani membacanya. 
Zaman sekarang, sepertinya tradisi menulis diari sudah terhapus akibat dampak munculnya sosial media yang diciptakan berupa macam-macam aplikasi misalnya facebook , twitter dan lain-lain. Nah, berbanding terbalik dengan fungsi diari zaman dahulu. Pasti kalian pernah curhat yang tidak penting di kolom status sosmed kan? Kalian pasti senang jika semua pengunjung facebook baca statusmu tak peduli suka atau pun tidak. Ironisnya, ada beberapa orang yang berani membeberkan aib dan masalahnya sendiri di kolom statusnya. 

Aduh, sepertinya gembok buku diari sudah tidak dibutuhkan lagi ya! Seakan di zaman sekarang ini orang-orang membiarkan begitu saja membaca rahasia semua permasalahan hidupnya. Bukannya mendapat solusi tapi bisa juga menjadi ancaman bagi tindak pelaku kriminal untuk memanfaatkan keadaan si pengguna sosmed.

2. Menulis biodata dalam buku diari versus Menulis biodata dalam akun sosmed
Apa kalian masih ingat menulis biodata dalam buku diari di era tahun 90-an? Jika kalian masih ingat, itu tandanya kalian sudah berumur hehehe. Tapi, masa-masa itu tidak bisa hilang begitu saja karena ada banyak kenangan-kenangan manis di dalamnya. Para pemilik buku diari biasanya meminta salah satu teman akrab, sahabat atau teman dekatnya untuk menuliskan biodata mereka yang terdiri dari nama, alamat, hobby, makanan favorit dan minuman favorit. 
Jika sudah selesai, biasanya mereka juga meminta biodata dari si pemilik buku harian itu sendiri sehingga tradisi saling tukar-menukar biodata dalam buku harian menjadi ajang untuk memperoleh sahabat atau teman baru. Sangat mengasyikkan jika kita bisa mengetahui apa jenis makanan favorit teman, minuman favorit teman, warna kesukaan mereka bahkan idola dan cita-cita mereka. Jadi, teman yang satu dan yang lain dapat memahami karakter dan selera masing-masing.

Berbeda dengan zaman sekarang, menulis biodata dalam akun sosmed terkadang tidak sesuai dengan kehidupan nyata seperti halnya persoalan status, misalnya saja dalam status dituliskan ‘berpacaran dengan si A atau menikah dengan si B’. Padahal, yang membuat status seperti itu sebagian besar adalah remaja anak-anak yang ingin diakui status hubungannya dengan si cowok tampan atau si cewek cantik agar terlihat keren. Bertolak belakang dengan zaman era 90-an, jika ada salah satu teman yang mencoret nama pemilik diari seperti contoh : “Jaelani dan Julaiha yang ditulis dalam simbol cinta, pasti mereka malu dan ingin segera menghapus tulisan itu atau bisa juga mereka akan merobek kertasnya. 

Tidak ada larangan dalam membuat status di facebook, twitter atau sosial media yang lainnya selama hal itu tidak melanggar etika dan tidak mengumbar masalah pribadi secara berlebihan. Tapi, alangkah lebih aman jika kalian curhat lewat buku harian agar tidak mengundang tindakan tercela dari para pengguna sosmed yang lain. (Chandra WH)


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top