Langkah Pribadi Mencegah Korupsi: Agama, Budaya dan Upaya (ABU) Positif Sebagai Obat Pencegah Korupsi

Kasus korupsi telah menyebabkan banyak kerugian di Indonesia ini. Dalam artikel ICW, seorang pewarta Dyah Dwi A (2016) menyebutkan bahwa di sepanjang tahun 2015 yang lalu, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 31.077 triliun. Tentunya, oknum-oknum koruptor ini tidak sedikit.

Dalam berita online yang dimuat dalam detiknews, sebanyak 210 kasus ditangani sepanjang bulan Januari hingga Juni tahun 2016. Hasilnya, terdapat 500 oknum yang ditetapkan sebagai tersangka. Sumber tersebut memang diperoleh dari data Indonesia Corruption Watch (ICW). Apabila hal ini terus-menerus terjadi dari tahun ke tahun, maka kerugian Indonesia akan semakin tinggi sehingga kesejahteraan rakyat itu sendiri tidak seimbang karena hak mereka dirampas oleh oknum-oknum tersebut.

Salah satu antisipasi agar kita terhindar dari perbuatan korupsi dapat dimulai dari diri kita sendiri. Ada beberapa cara agar kita tidak tergiur dengan tindakan berdosa ini. Langkah-langkah ini dapat kita laksanakan mulai dari pribadi diri kita masing-masing. Realisasikan Agama, Budaya dan Upaya (ABU) positif dalam pribadi kita sendiri. 

Pertama, memupuk unsur positif dalam agama. 
Pupuk rasa keimanan yang kuat kepada diri kita sendiri. Yakinkan kepada diri kita bahwa Tuhan Maha Melihat. Dengan cara seperti itulah kita selalu merasa malu bahkan takut apabila hendak mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Pikirkan resiko yang akan kita terima sebelum melakukan korupsi karena perbuatan haram seperti korupsi tidak hanya membawa kita ke dalam jeruji besi melainkan membawa kita menuju keabadian Jahanam. Takutlah pada Tuhan disaat hendak melakukan korupsi sebelum menerima resiko di hari pembalasan kelak. Kepada atasan saja kita merasa takut, apalagi kepada Tuhan. 

Kedua, menanamkan unsur budaya secara positif dalam pencegahan tindakan korupsi. 
Tanamkan budaya moral yang baik untuk menghindari perbuatan korupsi. Hal ini dapat kita lakukan mulai dari hal terkecil, contohnya menyisihkan sebagian harta kita terhadap orang yang tidak mampu disaat kita mendapatkan harta yang berlebih. Dengan cara seperti itu kita lebih menghargai hak orang lain. Kita tahu bahwa harta bukanlah milik kita selama-lamanya. Yakinkan pada diri sendiri bahwa harta merupakan titipan yang tidak dibawa mati. Membudayakan beramal dan bersedekah kepada orang yang membutuhkan adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap hak orang lain. Secara tidak langsung, tindakan ini akan membawa dampak positif untuk melindungi kita dari perbuatan korupsi.

Ketiga, mengembangkan agama dan budaya yang positif dalam upaya menghindari godaan korupsi.
Salah satu upaya untuk menghindari diri kita dari godaan korupsi adalah mengembangkan sikap kejujuran dan rasa tanggung jawab yang penuh dalam diri kita sendiri. Apabila posisi kita adalah sebagai seorang pelajar atau mahasiswa hendaklah kita berupaya untuk jujur dengan kemampuan diri kita sendiri tanpa mencontek atau plagiat kemampuan orang lain. Tanggung jawab dalam ketekunan belajar hingga memperoleh hasil kerja keras dari apa yang kita lakukan.

Jika posisi kita sebagai karyawan, atasan atau pejabat, hendaknya kita bertanggung jawab terhadap peranan kita masing-masing tanpa menggunakan hak atau kerja keras orang lain atas nama kita. Upayakan untuk bertindak jujur dan bertanggung jawab secara penuh walaupun banyak faktor godaan yang memicu kita agar berbuat curang. Lakukan upaya tersebut agar terlindung dari perbuatan korupsi. 
Menggabungkan agama, budaya dan upaya positif terhadap pribadi diri kita masing-masing merupakan salah satu wujud yang sempurna untuk menghindari adanya tindakan korupsi. Mulailah melakukan tindakan preventif dari pribadi kita masing-masing agar terhindar dari perbuatan tercela seperti korupsi karena korupsi adalah penyakit rohani yang susah ditemukan obatnya hingga saat ini. Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru.




Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top