Beberapa hari yang lalu, saya menelepon seorang teman. Dalam kesempatan percakapan itu, saya menanyakan kabar adiknya yang masih kecil kira-kira berumur 4 tahun. Dalam percakapan itu, saya menanyakan adiknya sedang apa pada waktu itu. Teman tersebut menjawab, adiknya sedang main gadget. Setelah telepon ditutup, pikiran saya melayang kepada adik teman tersebut.
Saya merasa iri, sebab pada saat berumur demikian saya tidak pernah bermain dengan gadget atau teknologi canggih lainnya. Pada waktu itu, gadget memang belum ada. Saya masih suka main lumpur di sawah dan masih bermain dengan permainan tradisional.
Inilah realita yang sedang dihadapi sekarang. Teknologi membawa perubahan kepada manusia. Teknologi membawa dampak positif terhadap kehidupan manusia. Teknologi mempermudah dan menyederhanakan kehidupan. Ruang dan waktu menjadi sempit dan dekat. Yang perlu dipertanyakan ialah, apakah teknologi itu harus diberikan pada semua tangan? Maksudnya, seorang anak yang masih berumur 4 tahun sudah diberikan gadget.
Sebagai orang tua mungkin ini patut menjadi pertimbangan. Bagi orang yang memiliki uang mungkin gadget tidak menjadi persoalan, namun apakah gadget layak diberikan kepada anak yang masih kecil? Bagi orang tua yang paham dan dapat mengontrol waktu anak menggunakan gadget mungkin tidak bermasalah, tetapi banyak fakta yang membuktikan bahwa orang tua tidak lagi mengontrol anak-anak di dalam memanfaatkan teknologi.
Lihat saja, berapa jam waktu mereka dihabiskan untuk games pada gadget? Kecanduan games yang berlebihan akan merusak kesempatan masa kecil anak itu sendiri. Anak-anak akan menjadi individual, menumbuhkan jiwa kejam, sebab dalam games, anak-anak dituntut untuk menaklukkan musuh dan terobsesi menjadi pemenang atau orang nomor satu. Selain itu, kesehatan anak berupa kesehatan mata dan duduk terlalu lama juga akan berakibat buruk pada kesehatan.
Saya bersyukur menjadi generasi lama, maksudnya masih menikmati permainan tradisional. Banyak penelitian dan para penulis menyebutkan dampak positif permainan tradisional. Itulah yang mulai pudar pada saat sekarang ini. Tidak heran gencatan untuk merevitalisasikan permainan tradisional kembali digalakkan.
Permainan tradisional mengandung dampak posistif. Anak-anak diperkenalkan dengan alam, banyak berinteraksi dengan alam sehingga banyak gerak. Anak-anak beriteraksi dan bermain dalam tim atau kelompok sehingga terbentuk rasa kebersamaan, sekawan, dan rasa toleransi. Walapun terdapat pertengkaran sesama anak-anak di dalam permainan, mereka akan kembali bersalaman atau berbaikan lagi sesama mereka. Anak-anak tidak menyimpan dendam yang berlebihan. Itulah sifat positif anak-anak.
Permainan tradisional tidak membutuhkan biaya besar. Kreatifitas juga teruji, seperti permainan layang-layang. Anak-anak akan belajar membuat layang-layang, ada nilai keterampilan, kesabaran, dan imajinasi. Begitu juga ketika mereka menerbangkan layang-layang. Mereka akan berlari dan tertawa bersama-sama.
Kembali kepada gadget. Menurut Doktor anak asal Amerika Serikat, Cris Rowan mengatakan perlu adanya larangan untuk penggunaan gadget pada usia anak-anak, yakni anak di bawah 12 tahun. Alasannya, sudah banyak penelitian yang membuktikan dampak negatif gadget pada anak, di antaranya pertumbuhan otak anak akan menjadi cepat, hambatan perkembangan, obesitas, gangguan tidur, agresif, dan lainnya.
Saya memiliki seorang teman yang maniak terhadap gadget. Hal buruk yang saya terima dari dia ialah saya sering dicuekkan ketika bersamanya. Terkadang dia tidak menyambung dengan percakapan yang saya rangkai dengannya. Dia lebih fokus terhadap gadgetnya. Kedua, masih banyak orang-orang tidak menggunakan gadget pada tempat dan waktunya.
Misalnya ketika berjalan, pengguna gadget asyik terhadap gadget di tangannya dan tidak mengetahui jalan yang berlubang yang ada di depannya. Selain itu, ketika sedang menggunakan kendaraan. Padahal ini sangat berbahaya untuk keselamatan. Tidak jarang kita dengar terjadinya kecelakaan yang disebabkan pengemudi lalai karena gadget, seperti tablet, Xbox, E-Reader, MP3 player, dan sejenisnya.
Ketiga, dengan adanya gadget, memang dengan mudah kita mengakses informasi dengan cepat sehingga tidak perlu lagi pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Duduk di rumah, di kamar sambil tiduran, atau di toilet masih dapat menggunakan gadget untuk mendapatkan informasi. Akibatnya, perpustakaan menjadi lengang, ramai kalau lagi musim skripsi, tesis, dan beberapa tugas ilmiah lainnya.
Manusia memang memerlukan gadget untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi pada saat sekarang ini. Namun, perlu adanya pengontrolan terutama pemakaian pada anak-anak. Selain anak-anak, kita orang dewasa juga perlu mengontrol diri agar tidak menghabiskan waktu sehari-hari dengan gadget. Bagaimanapun, gadget bukanlah satu-satunya kebutuhan hidup. (Teguh Al Ikhsan)
jasa pembuatan akun google developer
jasa pembuatan akun google developer