Pembicaraan menjadi runyam ketika membicarakan masalah cinta. Di sisi lain, tanpa dipungkiri masalah cinta menjadi masalah bagi semua makhluk hidup. Seakan kata-kata cinta telah membumi. Semua orang mungkin tidak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum tetapi dalam cinta semua orang diperlakukan sama. Tanpa tidak mengenal siapa pelakunya, kedudukan, kemapanan, penting atau tidak pentingnya di mata sesama manusia yang lain, cinta akan berlaku adil.
Makhluk hidup dan seisinya ada karena cinta dari sang khalik. Manusia muncul dari generasi ke genarasi karena cinta. Seorang laki-laki berkeringat bekerja keras karena cinta yang menunggu di rumah. Seorang penjual bakso menjajalkan dagangannya sepanjang jalan yang disanggupi karena ada cinta di rumah. Intinya semua aktifitas kita digerakkan oleh yang namanya cinta.
Aktifitas manusia berbeda-beda, ada penjual bakso, ada tukang kayu, pekerja bangunan, ada petani, polisi, dokter, perawat, guru,dosen, pejabat, dan banyak lainnya, tetapi alasan mereka melakukan aktifitas cuma hanya satu dan sama, yaitu cinta. Begitu kuatkah cinta sehingga kita pernah mendengar bahwa kalau cinta laut diseberangi, gunung didaki, lembah dilewati, tetapi kalau salah satu pergi cari pengganti.
Cinta memang membuat manusia gila. Seorang nelayan saja yang kehidupan sehari-harinya di laut tidak berani menyeberangi laut tanpa kapal. Eh, manusia yang jatuh cinta berani dan seolah-olah sanggup melakukannya. Akan tetapi, kalau disuruh betul menyeberangi oleh kekasihnya yang ingin menguji cinta tersebut, ternyata kata-kata tadi hanya sebatas kata-kata.
Dari kenyataan ternyata kita juga tidak dapat memungkiri bahwa cinta memang membawa dampak yang kuat dalam mengubah suatu keadaan. Dari bangsa terjajah menuju bangsa merdeka tanpa dipungkiri karena ada kekuatan cinta, cinta tanah air. Cinta mengubah dunia. Mengubah dalam artian menambah dan mengurangi serta memodifikasi bentuk yang telah ada.
Dua orang manusia karena cinta dapat menambah kehadiran generasi selanjutnya. Karena cinta, jatah makan yang seharusnya dua piring untuk dua orang yang sedang jatuh cinta dapat diminimalisir menjadi satu piring, itupun gara-gara cinta. Seorang pecinta motor memodifikasi dan menghasilkan bentuk dan model baru itu juga karena cinta. Cinta dapat mengubah, menambah, mengurangi porsi makan, dan memodifikasi hal-hal yang dicintai.
Saya pernah mendengar bahwa ada seorang laki-laki yang jatuh hati dan cinta kepada seorang perempuan. Laki-laki tersebut berlatar belakang dari keluarga yang biasa saja, tidak kaya tapi cukup bisa dikatakan miskin. Perempuan yang dicintainya berasal dari keluarga kaya. Orang kaya ibaratnya kalau minta apa langsung hadir dihadapannya. Minta ini, minta itu, minta apa saja, dengan uang semua permintaan terkabulkan. Akan tetapi, bukannya cinta laki-laki tersebut bertepuk sebelah tangan. Restu dari orang tua perempuan tidak didapatkan oleh laki-laki tadi. Sepertinya restu juga ada hubungannya dengan kekayaan, kemapanan, kecerdasan, ketakwaan, dan ketampanan. Orang tua perempuan tidak merestui karena laki-laki tersebut tidak lebih mapan hidupnya dari keluarga perempuan. Hal hasil, restupun tidak dapat.
Kecewa tidak dapat dihindari. Kalau ada hal yang menyakitkan di dunia ini, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada cinta kita tidak direstui karena persoalan kemapanan dan tidak berasal dari keluarga yang lebih baik. Hati terluka, namun cinta tetap menggelora di hati laki-laki tadi. Akhirnya, dia mengenang nasib kenapa sampai begitu. Ternyata cinta mengubah segalanya. Dari yang menurut kebanyakan orang mustahil, tetapi bagi orang yang sedang jatuh cinta tidak ada yang namanya mustahil, sungguh ajaib cinta ini.
Dengan semangat yang kuat dan menggelora. Laki-laki tersebut berusaha keras untuk merubah segalanya demi mendapatkan restu dari orang tua perempuan. Apapun dilakukan asal dapat mendapatkan restu. Ya, restu memang mahal, tidak semudah mendapatkan gorengan di pinggir jalan. Waktu terus berjalan. Laki-laki tersebut dengan semangat yang menggelora dapat merubah nasib. Setelah semua hal dirasa cukup, laki-laki tersebut kembali menemui calon mertua. Hal hasil, calon mertua merestui. Apa yang merubah segalanya tadi, tidak lain dan tidak bukan adalah cinta. Di sisi lain ternyata restu bersifat elastis (longgar), bisa ditawar-tawar, tetapi tidak seperti menawar gorengan di pinggir jalan. Setidaknya ini dapat menjadi rujukan bagi seseorang yang berjuang dalam mendapatkan restu.
Cerita lain juga memberikan kesimpulan bahwa cinta dapat mengubah kemewahan kepada kesederhanaan. Seorang perempuan kaya (maaf, kalau contoh selalu berpihak kepada perempuan dalam soal kekayaan) mencari pasangan hidup. Perempuan ini tidak lagi memikirkan soal kekayaan. Apapun telah dimilikinya. Suatu hal yang kurang dalam hidupnya ialah cinta dari laki-laki. Untuk itu dia mencari laki-laki untuk menjadi pasangah hidupnya. Hati tertambat tak bisa dilepas. Kalau dilepas perlu waktu. Hati jatuh pada seorang laki-laki miskin, tetapi tampan. Laki-laki tadi mau menerima perempuan kaya dengan syarat yang diajukannya. Perempuan tersebut harus meninggalkan segala kekayaan dan kemewahannya. Perempuan tersebut harus hidup di perkampungan dengan laki-laki tersebut. Mengajak pergi ke ladang, sawah, dan kebun. Semua tetangga dan kawan-kawan perempuan tadi terkejut. Perempuan tadi merelakan kekayaan dan kemewahannya menuju hidup sederhana di sebuah perkampungan hanya untuk mendapatkan cinta dari laki-laki tersebut. Sungguh tidak masuk akal bagi kita, tapi lain persoalannya bagi mereka yang mencintai. Sekali lagi cinta dapat mengubah, menambah, mengurangi, dan memodifikasi.
Dari satu kata “cinta” semua orang memiliki kisah yang berbeda-beda dalam menemukan dan menggapai cinta. Setiap orang yang telah menemukan cinta berharap untuk mengakhiri hidupnya kelak dengan orang yang dicintai. Karena mendapatkan cinta itu tidak mudah. Laut harus diseberangi, gunung didaki terlebih dahulu, lembah dilewati maka tidak mungkin setelah menemukan cinta ingin mencampakkannya begitu saja. Setiap orang yang sudah mendapatkan cinta hendaknya merenungkan kepayahannya dalam menemukan dan mendapatkan cinta. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi kasus perceraian dalam kehidupan ini.
Orang-orang dahulu mungkin memang harus merenangi laut, mendaki gunung, dan menuruni lembah untuk menemui sang kekasih (cinta) karena alat transportasi di zaman dahulu tidak seperti dan memang tidak akan seperti sekarang ini. Sekarang ini, kalau ingin mendapatkan cinta, bensin harus dibeli, pulsa harus sedia, dan dompet harus diisi. (Teguh Al Ikhsan)
Kotak Hantaran
Kotak Hantaran