Ya Allah, Terimalah Hijrahku (Bagian 1)

Cerpen- Suara gemericik hujan masih membasahi bumi, alunan melodi yang berpadu membentuk suatu ritma indah mengiringi malam yang kian sendu. Bunga-bunga yang mekar dan rumput yang kembali hijau memberikan tasbih rindu kepada sang Rabb-Nya, fatamorgana kian membisu seakan khusyu’ akan tafaqurnya kepada sang Pencipta alam. Sungguh Kontras pemandangan itu jika dibandingkan dengan kondisi nisa. Bukan suara hujan yang terdengar, akan tetapi suara musik disko lah yang memenuhi seantreo ruangan, bukan suara tasbih yang dilantunkan tapi ucapan sia-sia yang melambangkan kemerosotan moral, yang hijau bukanlah rumput, tapi aroma pekat wain di gelas yang tingginya hanya lima cm, asap rokok, dan tarian jahiliyah yang menghiasi setiap peredaran. Diantara umat manusia yang mengikuti peredaran itu, nisa termasuk salah satunya. 

“udahan ya, aku pulang dulu. Lagian udah mau jam dua ni. ntar ayah bisa masuk rumah sakit lagi kalau tau anaknya belum pulang sampai pagi.” sambil meletakkan segelas bir kecil yang telah selesai diteguknya. 

“Ah kamu yang benar aja nis, biasanya juga  jam empat atau limaan. kamu kenapa sih jadi sok baik gini? lagian kan “barang” nya udah aku kasi, bentar lagi aja pulangnya.” Rio nyerocos dengan intonasi kata yang tak lagi sempurna.
“iyaa makasih deh!! tapiii aku emang harus pulang yo. Kamu tau kan kondisi ayahku lagi nggak stabil, aku gak mau dia sakit.”
“ya udah deh, terserah kamu!!”
Nisa akhirnya keluar menuju parkiran mobil, 
“untung minumnya gak banyak.” batinnya sambil tersenyum. Mobil avanza hitam itu pun meleset laju...

Mehrunnisa adalah seorang gadis yang beranjak dewasa berumur 18 tahun. Hari-harinya mengalir indah hingga ia bertemu dengan Rio tujuh bulan lalu. Seorang laki-laki yang menurutnya “perkasa” itu telah mengubah posisi dirinya. Nisa tak lagi menjadi seorang gadis manis yang pendiam, perawakannya berubah menjadi gadis “liar”. Sekarang, Ia sudah menjadi pecandu narkoba, sangat sulit baginya keluar dari zona kesehariannya. Walaupun begitu, nisa masihlah wanita yang memiliki perasaan, ia mulai mengurangi porsi waktunya ketika keluar malam, tentu saja ada sebab. Itu terjadi satu minggu yang lalu, ketika sang ayah harus dilarikan kerumah sakit karena stroke. Sebagai anak semata wayang, tentu saja nisa sedih, apalagi ketika melihat sang ibu menangis tersedu dihadapannya. 

Kesehatan ayahnya pun terganggu akibat emosi yang meluap atas keseharinnya. Nisa menyesal dan berubah adalah jalan satu-satunya, tapi keluar dari dunianya sekarang bukanlah sesuatu yang mudah, ia bertekad akan keluar dengan perlahan. Orangtua nisa mendidik nisa dengan baik, hanya saja beberapa bulan ini tingkah lakunya berubah drastis, dan hal itulah yang dikhawatirkan orangtuanya hingga sang ayah mengalami serangan jantung dan mengakibatkan  stroke serta harus dilarikan ke rumah sakit setelah terjadi pertikaian panjang antara dia dan puterinya.

Dua minggu sudah setelah nisa bertekad untuk meninggalkan kehidupan kelamnya. Merupakan prestasi besar baginya karena dua minggu ini dia tak lagi keluar malam, tapi obat-obatan tentu saja belum bisa ia lepaskan walau porsinya kini telah ia kurangkan. Tibalah pada minggu ketiga saat persediaan obatnya telah habis ia gunakan, nisa terpaksa berlari keluar kamar sambil meraih kunci mobil dan tas selempangnya. Wajah sang ibu yang mengkhawatirkan dirinya tak lagi bisa ia lihat, kepalanya benar-benar terasa ingin pecah, ia harus kerumah Rio agar dirinya kembali tenang.

Sebelum berangkat ia sempat menelpon Rio bahwa ia ingin “barang baru”, Rio menyambut baik kabar itu dan meminta nisa untuk datang kerumah syela karena mereka sedang mengadakan pesta narkoba bersama teman lainnya. Nisa pun menjadi begitu tak sabar karena rasa sakit itu kian mengernyap dan ia menambah kelajuan mobilnya hingga tiba-tiba disebuah persimpangan, melaju sebuah sepeda motor dan nisa benar-benar tak bisa menghindari kecelakaan itu.  Lenjitan suara ban mobil bergema dipersimpangan, seketika dunia berputar dan gelap..... BERSAMBUNG.. (Nila)


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top